Home > Berita & Event > UKSW dan BukSU Filipina Sukses Gelar Program COIL 2025, Perkuat Kolaborasi Akademik dan Sensitivitas Budaya Internasional
UKSW dan BukSU Filipina Sukses Gelar Program COIL 2025, Perkuat Kolaborasi Akademik dan Sensitivitas Budaya Internasional
Admin - Mei 06, 2025

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) melalui kerja sama strategis dengan Bukidnon State University (BukSU) Filipina telah menyelenggarakan program Collaborative Online International Learning (COIL) 2025 yang mengusung tema “Collaborative Learning: Academic Plight in Teaching Basic Macroeconomic Concepts”. Program ini secara resmi ditutup oleh Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Kealumnian (WR KK) Profesor Yafet Yosafet Wilben Rissy, Jumat (02/04/2025) secara daring melalui Zoom Meeting.

Kegiatan ini merupakan wujud nyata dari komitmen kedua institusi dalam memperkuat sinergi akademik lintas negara, memperkaya kompetensi mahasiswa, serta mengembangkan wawasan global melalui pembelajaran ekonomi makro secara kolaboratif. 

Dalam sambutan penutupannya, Profesor Yafet menyampaikan apresiasi yang tinggi atas keberhasilan program ini. “Merupakan kehormatan besar bagi kami untuk menjadi bagian dari kolaborasi bermakna ini. Program ini tidak hanya menumbuhkan semangat kerja sama lintas budaya, namun juga mengembangkan keterampilan penting yang dibutuhkan dalam dunia global saat ini,” ujarnya. 

Ia menegaskan bahwa UKSW berkomitmen untuk terus mendukung inisiatif serupa, bahkan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum agar memberikan pengalaman pembelajaran yang kontekstual dan relevan bagi mahasiswa. “Kami percaya pada keterlibatan lokal dalam perjalanan akademik, dan COIL ini telah membuktikan bagaimana pembelajaran internasional dapat memperkaya proses tersebut,” tambahnya.

President BukSU Filipina Dr. Joy M. Mirasol turut menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya kepada semua pihak yang terlibat. Ia menekankan pentingnya kolaborasi ini sebagai investasi jangka panjang dalam pengembangan pendidikan dan hubungan antar bangsa. 

“Melalui COIL, kita memperluas perspektif global, membangun pengetahuan bersama dan menciptakan dasar kuat untuk kolaborasi riset dan pengajaran ke depan. Kami percaya, persahabatan dan kerja sama akademik ini tidak memiliki batas,” ungkapnya.

Mendorong Inovasi Pembelajaran

Sebagai pengajar dalam program ini, Yulius Pratomo, S.E., M.Int.Dev.Ec., Ph.D., dari UKSW dan Dr. Cleopas Bette R. Jacutin, Kepala Departemen Ekonomi BukSU Filipina, memberikan kuliah internasional yang membahas konsep-konsep mendasar dalam ekonomi makro, seperti akuntansi pendapatan nasional, inflasi, dan pengangguran. Yulius mengapresiasi antusiasme mahasiswa yang tinggi dalam mengikuti program, bahkan hingga membagikan kisah keluarga terkait perilaku ekonomi. “Program ini menunjukkan bagaimana teori ekonomi bisa dihubungkan langsung dengan kehidupan sehari-hari. COIL juga menciptakan komunikasi lintas budaya yang aktif dan pembelajaran yang bermakna,” ujarnya.

Sementara itu, Vice President for Academic Affairs BukSU Filipina Dr. Hazel Jean M. Abejuela, menyampaikan bahwa kemitraan ini menciptakan pengalaman edukatif yang tidak hanya membangun sensitivitas budaya, tetapi juga mendorong inovasi pembelajaran di era global. “Kolaborasi ini adalah langkah strategis untuk menghadapi tantangan global melalui solusi berbasis akademik,” ujarnya.

Mahasiswa dari kedua universitas juga turut merasakan manfaat program ini. Trivena Apriska Yiswi dari Program Studi S1 Ilmu Ekonomi FEB UKSW mengaku, “Ini pengalaman pertama saya ikut kelas internasional. Saya jadi lebih paham bagaimana inflasi dan kebijakan memengaruhi kehidupan masyarakat.” Sementara itu, Joyce Ann Edvas dari BukSU Filipina mengatakan, “Diskusi ini membuat saya sadar bahwa ekonomi bukan sekadar angka, tapi juga tentang budaya dan kehidupan sehari-hari. Saya juga belajar banyak dari mahasiswa Indonesia,” tuturnya.

Sebagai bentuk apresiasi, sertifikat penghargaan diberikan kepada Dr. Cleopas Bette R. Jacutin dan Yulius Pratomo, Ph.D., atas kontribusi mereka sebagai dosen tamu internasional dalam empat sesi perkuliahan. Sertifikat juga diserahkan kepada Joseph T. Tinsay sebagai fasilitator, serta Jaylou Micha A. Penus dan Trivena Apriska Yiswi sebagai peserta aktif dalam program COIL ini.

Dengan berakhirnya program COIL 2025, Profesor Yafet Yosafet Wilben Rissy secara resmi menutup kegiatan tersebut dengan harapan besar untuk keberlanjutan kolaborasi di bidang pertukaran pelajar, dosen, dan riset internasional. “Ini bukanlah akhir, melainkan awal dari semakin banyak peluang kerja sama global yang akan datang,” tutupnya penuh optimisme.

Dengan demikian, program COIL menunjukkan komitmen UKSW dalam Sustainable Development Goals (SDGs) ke 4 pendidikan berkualitas, SDGs 17 kemitraan untuk mencapai tujuan, SDGs 16 perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang kuat. Sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terakreditasi Unggul, UKSW telah berdiri sejak 1956 dengan 15 fakultas dan 64 program studi di jenjang D3 hingga S3, dengan 28 Prodi Unggul dan A. Terletak di Salatiga, UKSW dikenal dengan julukan Kampus Indonesia Mini, mencerminkan keragaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, UKSW juga dikenal sebagai "Creative Minority" yang berperan sebagai agen perubahan dan inspirasi bagi masyarakat. Salam Satu Hati UKSW